Hampir dua tahun
sudah aku berusaha melupakannya, aku mencoba pergi darinya, mencoba mengisi
hari-hari dengan keanehanku yang bahkan mungkin banyak orang yang tak sejalan
dengan fikiranku. Ntah aku yang bodoh atau semacamnya, bahkan banyak dan semua
temanku bosan mendengarku dan tak mau mendengar alasan yang ku lakukan.
Kau tau sulitnya aku
bertahan dikala ku sendirian dan merasa sendiri, tak ada yang menghibur dan
hanya mendengarkan orang yan terhibur. Sejak hari iu, dimana hubunganku
dengannya tlah usai, aku pernah berjanji pada diriku sendri, aku akan menjadi
seseorang yang cuek dengan kata cinta dari oranglain dan memblokir diriku
sendiri. Dan itu benar terjadi, sampai kini aku tak bisa merasakan rasa itu
lagi, kecuali dengannya. Entah apa yang merasukiku dan semua hari-hariku.
Sesekali kubisa melupakannya, namun banyak kali dan banyak hal yang tak bisa
kulupakan mulai dari kesenangan yang pernah kita buat bersama-sama sampai
kesedihan kekecewaan yang bercampur aduk menjadi satu diakhir hubungan kita.
Bulan demi bulan
setiap tanggal 11 aku selalu ingat dan mengucapkan "HAPPY FAILED
SAYANG" dengan emoticon smile namun tidak dengan arti yang sesungguhnya.
Hanya aku yang tau apa maksudku seperti itu. Aku banyak menaruh harapan, bahkan
sampai terlalu banyak hingga yang kudapat selalu kekecewaan dan tangisan. Bagaimana dengannya? Ya, dia mngetahuinya dan
dia tetap dengan kesenangannya sendiri.
Aku tak pernah
memimpikan atau mengharapkan seorang yang teramat egois di dunia ini, yang
melihat sosok awalku dewasa dan akhirnya menganggapku sebagai anak kecil.
Tidakkah dia tau siapa sebenarnya yang seperti anak kecil? Dia bertingkah
dewasa, dan slalu ingin dinomor satukan.
Banyak hari-hari yang
kulalui dengan tangisan, kecembuuan, kemarahan, dan keirianku. Aku iri dan
sangat iri, seseorag yang kuanggap sekarang tak ada dewasanya tetap saja
menjadi harapan dan fikiranku yng tiada henti. Aku tau kalian bosan
mendengarkan cerita ini, bahkan akupun bosan yang menjalani ini.
Lanjut pada
pertengahan tahun 2015, tepatnya bulan kelahiranku "JULI". Aku tak
mengharapkan dia mengucapkan selamat ulang tahun untukku, namun aku
menantikannya, hingga hari itu usai dan bulan itu tlah berlalu, masih tak dapat
pula kudpati ucapan itu darinya. Aku mulai mencoba mengakhiriya lagi, ingin
benar-benar melupakannya dan mencoba dengan hariku yang baru dengan penuh
senyuman. Beberapa waktu berlalu memasuki bulan ke delapan yaitu Agustus.
Minggu kedua bulan ini aku pulang ke rumahku di Lampung, sebelum
keberangkatanku ada sms masuk dan ternyata itu dari dia, dia menanyakan dimana
aku sekarang, apakah aku masih di Jogja? Dengan cepat aku membalas "ya,
kenapa? Besok pun aku sudah sampai disana".
Beberapa hari
berlalu, tiba-tiba datang sebuah sms yang mengatakan "Dan, apa kamu ingat
dulu kamu pernah menulis sebuah note didalam fd-ku? Aku ingin bertanya, apa
yang kamu maksud dalam fd itu dan hal apa yang membuatmu tak bisa
melupakanku?". Seketika aku terkejut setelah membaca pesan itu, membuang
rasa cemas dengan tertawa tanpa alasan. Dan aku mulai membalasnya, "iya,
bahkan sampai saat ini aku masih ingat kata-kataku yang terdapat dinote itu.
Kenapa? Apa kamu sangat ingin tau alasannya? Seberapa penting alasan itu
untukmu saat ini?". Setelah beberapa jawaban kudapat darinya, ada satu
pesan yang mengganggu fikiranku, pesan yang sampai saat ini sangat aku harapkan dan sangat ingin itu terwujud
bukan hanya janji busuk atau sekedar kata-kata kosong darinya.
"Apakah sampai
saat ini perasaanmu padaku masih sama sepeti yang dulu? Apa kau masih ingin
mengulang masa lalu kita lagi? Jika kau mau, bisakah kau menungguku lebih lama
lagi? 3 atau 4 tahun lagi jika kau mau, terserah padamu, kau boleh percaya padaku.,
tidak juga tidak apa-apa".
Kata-kata itu
membuatku shock selama beberapa menit, aku berfikir bahwa siapa dia brani
menyuruhku menunggunya lebih lama lagi? Tidakkah dia sadar bahwa aku yang slalu
menunggu dan tlah lama menunggunya tanpa ada sikap baiknya slama ini. Sadarkah
dia tlah menyakiti hati seseorang yang sangat mencintainya dengan tulus dan
penuh kesabaran yang bahkan ia sendiri tau itu. Dimana dirimya yang dulu, slalu
berkata bahwa aku harus dewasa, sedangkan dia malah sebaliknya, menjadi
anak-anak yang terus ingin bermain dan jauh dari kata dewasa.
Selang beberapa hari
aku mengajaknya main keluar, membuang bosanku dirumah, ya dia menyanggupi. Dua
kali sabtu terlewati tanpa adanya konfirmasi awal ketidakhadirannya. Pada akhirnya
aku yang memutuskan untuk pergi kerumahnya dan iya menyanggupi ketika sesampainya
aku disana dia akan mengajakku main keluar. Dan ternyata beberapa jam berlalu,
hanya hening di rumahnya dan ia tertidur, aku pun tidur di kamarnya menanti dia
bilang "ayo kita keluar", tapi kata-kata itu tak keluar darinya.
Alhasil kita dirumah saja, begitu katanya dan mengulang sebagian kejadian
terakhir hubungan kita di rumahnya dulu. Hanya sedikit hitungan menit aku dapat
menyentuhnya lagi, merasakan hangat sayangnya padaku seperti dulu, jarak
pandang mata yang dekat yang membawaku pada masa lalu. Begitu sudah setelahnya
kembali dia tidak ada kabar dan mengacuhkanku kembali.
Sampai saat ini
kata-kata itu masih saja menghantuiku dan menjadi harapanku setiap malam.
Akankah hal itu benar terjadi, aku tau dia sering berbohong dan aku pernah
berjanji tidak lagi mempercayai kata-katanya, tetapi selalu berbeda setiap
sudah berhadapan dengannya. Haaaahh... Bahkan aku sudah terlalu lelah untuk
mengharapkannya, apakah aku benar-benar manusia bodoh, wanita bodoh yang masih
saja mengharapkan sesuatu yang belum pasti? Apakah aku wanita bodoh yang terus
berusaha sabar setiap waktu untuk menyayanginya?
Banyak cara yang
kulakukan untuk membuatnya senang dan banyak pengakuan yang tlah kusampaikan
padanya, tetapi tetap juga dia dengan segala keegoisannya. Ntah kapan pula aku
dapat sefikiran dengannya, atau mungkin tak akan agar itu menjadi satu hal yang
unik dan terus menjadi satu masalah diantara kami.