Kamis, 17 September 2015

Apa Ini?

Baru berapa hari aku tak mulai chat dengannya, hari ini tak ada fikiranku untuk mengechatnya terlebih dahulu dan bertanya, jika bukan karna tugas yang mengejar fikiranku aku takkan bertanya. Tapi ternyata semua sia-sia, banyak waktu yang terbuang hanya untuk menunggu balasan darinya untukku mulai mengerjakan tugas.

Pertanyaanku tak dijawabnya, hanya dia mengechatku menjawab "pm"ku di BBM, apa yang salah dengan aplikasi punyaku? Aku rasa punyaku baik-baik saja, ke teman-temanku pun lancar-lancar saja, hanya mengirim ke dia yang terjadi kesalahan dan lama terkirim. Setidaknya jika kau pintar dan ingin membantu kau kirimkan saja lewat BBM itu atau kau kirimkan lewat pesan singkat untukku.

Malam itu menjadi penuh dengan sebuah "pm" yang menjengkelkan buatku, kau tak menjawab, kau membuat "pm" yang membuatku pun menjadi kesal dan kecewa. Ya, kata-kata itu sangat meyindirku, sangat membuatku merasa sedih, tak ingin rasanya membaca, berpura-pura tak membaca, tak melihat dan tak mengerti maksud itu dan untuk siapa itu.

Dua tiga kali perubahan "pm" itu sangat-sangat membuatku kecewa dan sadar bahwa ia benar hanya mempermainkanku. Ya, trimakasih atas segalanya dan pertemuan terakhirnya. Apakah ini jawaban dalam mimpi sesakku kemarin? Apa ini jawaban dari waktuku menunggumu selama beberapa tahun?

Aku rasa perasaan menyerahku padamu sudah mulai muncul kembali, aku mundur lagi, aku ingin melupakanmu, aku lelaahh…………!!! Kau mengerti??

Aku takkan meminta, aku takkan berbicara lagi. Jangan lagi kau muncul dan ganggu fikiranku lagi. Jangan buatku terus membuka hatiku untukmu. Jika kau ingin menyapaku, sapalah aku dengan caramu yang baik, tidak dengan cara yang kau anggap baik tapi buruk untukku. Sapalah aku kapanpun kau mau, jangan kau buat dan beriku harapan lagi..

Gomawo untuk semuanya.. :)




END and no to be continue……….

Minggu, 13 September 2015

Berhentilah..

Apa ini? Apa kau berbuat sesuatu lagi disana? Apa kau merasakan apa yang kurasakan dan kau tau aku ingin pergi darimu? Heyy,, apa kau sadar kau menyiksaku dan sungguh menyiksaku? Apa sedihku dan semua kata-kataku tak cukup memberikan alasanku untuk tetap bertahan padamu? Aku bosan bila setiap hari harus berbicara dan membahas tentangmu. Taukah aku sangat merindukanmu dan hatiku sesak saat menyebut namamu? Tawaku tak cukup menutupi semua sakit yang aku rasakan. Aku ingin berhenti lagi memikirkanmu dan mencoba pergi lagi darimu.

Malam itu sebelum aku pergi tidur aku melihat ke lagit malam, sudah lama aku tak meliha bintang saat malam hari. Ya aku melihatnya, hanya sedikit namun tak apa anggap saja aku melihatnya meski hanya sedikit bayanganku tentangnya. Kau tau ronde pertama aku idur itu tak ada yang terjadi, ronde ke dua saat aku terbangun aku mengingat kembali mimpi yang terjadi lalu tiba-tiba kembali meneteskan air mata. Hal yang berintikan sama dengan kejadian-kejadian yang lalu. 

"Mimpi itu membahas tentang aku dan kamu, ya dalam mimpi pun kau memiliki seorang pasangan dan aku hanya sebatas teman yang hadir dalam keluargamu, namun semua berbeda saat ada pesan masuk darimu yang menyatakan bahwa aku harus menyampaikan pesan darimu untuk keluargamu. Menurutku itu tak apa dan tak masalah, yang menjadi masalah adalah kau memintaku pula untuk memeluk keluargamu. Heyy,, sadarkah kau bahwa aku hanya sebatas temanmu yang slalu berharap padamu? Kenapa kau lakukan ini? Ini membuat harapanku padamu kembai muncul."

Semua kejadian-kejadian yang kulalui sangatlah aneh dan membuatku bosan, termasuk halnya mimpi. Semua mimpi tentangmu berisikan kesenangan untukku di dunia mimpi, tapi tidak untukku di dunia yang sadar dan nyata. Tangisan demi tangisan yang secara tiba-tiba setiap kalinya aku memimpikan tentangnya.

Heyy… kau yang disana, yang sedang asik dan senang-senang disana! Apakah kau ingat padaku disela waktumu? Apa kau memikirkan aku disini yang sedang memikirkanmu? Hentikan keegoisanmu, dan hentikan semua mimpi yang berkaitan denganmu yang mmbuatku terus berharap dan berharap lagi ketika ku mulai lelah dan mncoba berhenti untukmu.

Tidakkah kau berfikir dan menyadari kata-katamu, "siapa yang menyakiti, aku tak ingin menyakiti siapapun". Heyy… aku yang mendapat kata-kata itu darimu, dan aku yang merasakan kesakitan itu darimu. Dewasalah! Apakah kau bisa disebut laki-laki? Pria? Aku rasa kau tetap saja anak-anak, yang sedang bermain dan terus menyakiti, membanting mainannya. Aku bukanlah mainanmu yang bisa kau mainkan kapan saja. Tolong hentikan!!

Belajarlah menghargai orang jika kau ingin dihargai. Janganlah kau besarkan egoismu. Satu sajalah yang kau pilih, aku atau egoismu. Semua caraku mempertahankanmu tak cukup mengalahkan egoismu.




TO BE CONTINUE…...

Kau Mengacaukan Fikiranku (Eleven)

Hampir dua tahun sudah aku berusaha melupakannya, aku mencoba pergi darinya, mencoba mengisi hari-hari dengan keanehanku yang bahkan mungkin banyak orang yang tak sejalan dengan fikiranku. Ntah aku yang bodoh atau semacamnya, bahkan banyak dan semua temanku bosan mendengarku dan tak mau mendengar alasan yang ku lakukan.

Kau tau sulitnya aku bertahan dikala ku sendirian dan merasa sendiri, tak ada yang menghibur dan hanya mendengarkan orang yan terhibur. Sejak hari iu, dimana hubunganku dengannya tlah usai, aku pernah berjanji pada diriku sendri, aku akan menjadi seseorang yang cuek dengan kata cinta dari oranglain dan memblokir diriku sendiri. Dan itu benar terjadi, sampai kini aku tak bisa merasakan rasa itu lagi, kecuali dengannya. Entah apa yang merasukiku dan semua hari-hariku. Sesekali kubisa melupakannya, namun banyak kali dan banyak hal yang tak bisa kulupakan mulai dari kesenangan yang pernah kita buat bersama-sama sampai kesedihan kekecewaan yang bercampur aduk menjadi satu diakhir hubungan kita.

Bulan demi bulan setiap tanggal 11 aku selalu ingat dan mengucapkan "HAPPY FAILED SAYANG" dengan emoticon smile namun tidak dengan arti yang sesungguhnya. Hanya aku yang tau apa maksudku seperti itu. Aku banyak menaruh harapan, bahkan sampai terlalu banyak hingga yang kudapat selalu kekecewaan dan tangisan.  Bagaimana dengannya? Ya, dia mngetahuinya dan dia tetap dengan kesenangannya sendiri.

Aku tak pernah memimpikan atau mengharapkan seorang yang teramat egois di dunia ini, yang melihat sosok awalku dewasa dan akhirnya menganggapku sebagai anak kecil. Tidakkah dia tau siapa sebenarnya yang seperti anak kecil? Dia bertingkah dewasa, dan slalu ingin dinomor satukan.

Banyak hari-hari yang kulalui dengan tangisan, kecembuuan, kemarahan, dan keirianku. Aku iri dan sangat iri, seseorag yang kuanggap sekarang tak ada dewasanya tetap saja menjadi harapan dan fikiranku yng tiada henti. Aku tau kalian bosan mendengarkan cerita ini, bahkan akupun bosan yang menjalani ini.

Lanjut pada pertengahan tahun 2015, tepatnya bulan kelahiranku "JULI". Aku tak mengharapkan dia mengucapkan selamat ulang tahun untukku, namun aku menantikannya, hingga hari itu usai dan bulan itu tlah berlalu, masih tak dapat pula kudpati ucapan itu darinya. Aku mulai mencoba mengakhiriya lagi, ingin benar-benar melupakannya dan mencoba dengan hariku yang baru dengan penuh senyuman. Beberapa waktu berlalu memasuki bulan ke delapan yaitu Agustus. Minggu kedua bulan ini aku pulang ke rumahku di Lampung, sebelum keberangkatanku ada sms masuk dan ternyata itu dari dia, dia menanyakan dimana aku sekarang, apakah aku masih di Jogja? Dengan cepat aku membalas "ya, kenapa? Besok pun aku sudah sampai disana".

Beberapa hari berlalu, tiba-tiba datang sebuah sms yang mengatakan "Dan, apa kamu ingat dulu kamu pernah menulis sebuah note didalam fd-ku? Aku ingin bertanya, apa yang kamu maksud dalam fd itu dan hal apa yang membuatmu tak bisa melupakanku?". Seketika aku terkejut setelah membaca pesan itu, membuang rasa cemas dengan tertawa tanpa alasan. Dan aku mulai membalasnya, "iya, bahkan sampai saat ini aku masih ingat kata-kataku yang terdapat dinote itu. Kenapa? Apa kamu sangat ingin tau alasannya? Seberapa penting alasan itu untukmu saat ini?". Setelah beberapa jawaban kudapat darinya, ada satu pesan yang mengganggu fikiranku, pesan yang sampai saat ini sangat aku harapkan dan sangat ingin itu terwujud bukan hanya janji busuk atau sekedar kata-kata kosong darinya.

"Apakah sampai saat ini perasaanmu padaku masih sama sepeti yang dulu? Apa kau masih ingin mengulang masa lalu kita lagi? Jika kau mau, bisakah kau menungguku lebih lama lagi? 3 atau 4 tahun lagi jika kau mau, terserah padamu, kau boleh percaya padaku., tidak juga tidak apa-apa".

Kata-kata itu membuatku shock selama beberapa menit, aku berfikir bahwa siapa dia brani menyuruhku menunggunya lebih lama lagi? Tidakkah dia sadar bahwa aku yang slalu menunggu dan tlah lama menunggunya tanpa ada sikap baiknya slama ini. Sadarkah dia tlah menyakiti hati seseorang yang sangat mencintainya dengan tulus dan penuh kesabaran yang bahkan ia sendiri tau itu. Dimana dirimya yang dulu, slalu berkata bahwa aku harus dewasa, sedangkan dia malah sebaliknya, menjadi anak-anak yang terus ingin bermain dan jauh dari kata dewasa.

Selang beberapa hari aku mengajaknya main keluar, membuang bosanku dirumah, ya dia menyanggupi. Dua kali sabtu terlewati tanpa adanya konfirmasi awal ketidakhadirannya. Pada akhirnya aku yang memutuskan untuk pergi kerumahnya dan iya menyanggupi ketika sesampainya aku disana dia akan mengajakku main keluar. Dan ternyata beberapa jam berlalu, hanya hening di rumahnya dan ia tertidur, aku pun tidur di kamarnya menanti dia bilang "ayo kita keluar", tapi kata-kata itu tak keluar darinya. Alhasil kita dirumah saja, begitu katanya dan mengulang sebagian kejadian terakhir hubungan kita di rumahnya dulu. Hanya sedikit hitungan menit aku dapat menyentuhnya lagi, merasakan hangat sayangnya padaku seperti dulu, jarak pandang mata yang dekat yang membawaku pada masa lalu. Begitu sudah setelahnya kembali dia tidak ada kabar dan mengacuhkanku kembali.

Sampai saat ini kata-kata itu masih saja menghantuiku dan menjadi harapanku setiap malam. Akankah hal itu benar terjadi, aku tau dia sering berbohong dan aku pernah berjanji tidak lagi mempercayai kata-katanya, tetapi selalu berbeda setiap sudah berhadapan dengannya. Haaaahh... Bahkan aku sudah terlalu lelah untuk mengharapkannya, apakah aku benar-benar manusia bodoh, wanita bodoh yang masih saja mengharapkan sesuatu yang belum pasti? Apakah aku wanita bodoh yang terus berusaha sabar setiap waktu untuk menyayanginya?

Banyak cara yang kulakukan untuk membuatnya senang dan banyak pengakuan yang tlah kusampaikan padanya, tetapi tetap juga dia dengan segala keegoisannya. Ntah kapan pula aku dapat sefikiran dengannya, atau mungkin tak akan agar itu menjadi satu hal yang unik dan terus menjadi satu masalah diantara kami.



TO BE CONTINUE…...